Monday, March 7, 2011

Beberapa Pertimbangan dalam Pemilihan Klon Karet

Seiring dengan kemajuan yang dicapai oleh dunia perkebunan Indonesia, penggunaan klon-klon unggul baru merupakan hal yang mutlak diperlukan. Perkembangan penelitian pemuliaan tanaman karet telah menghasilkan banyak klon dengan karakteristik yang berbeda-beda. Pengelompokkan klon berdasarkan waktu tercapainya puncak produksi (peak production) menghasilkan dua kelompok yang dikenal sebagai klon quick starter (QS) dan slow starter (SS).  Pengelompokan ini sudah sangat familiar di kalangan praktisi perkebunan karet terutama di perkebunan besar. Klon-klon quick starter memiliki puncak produksi pada periode awal, sedangkan klon-klon slow starter memiliki puncak produksi pada periode pertengahan siklus ekonominya.

Introduksi klon-klon unggul baru umumnya didominasi oleh klon quick starter (puncak produksi dini). Terbukti, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) di beberapa perkebunan didominasi oleh klon QS, sedangkan di beberapa perkebunan lainnya introduksi gencar dilakukan meskipun dalam luasan yang masih terbatas. Perkembangan tersebut adalah wajar mengingat agribisnis karet selalu dituntut mendapatkan produktivitas yang tinggi walaupun dengan kondisi harga pasar yang fluktuatif. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa klon quick starter memberikan produktivitas yang tinggi sejak fase awal penyadapan dibandingkan klon slow starter.

Kondisi tersebut sangat sesuai dengan paradigma baru agribisnis karet alam yang cenderung mempersingkat siklus ekonomi tanaman dengan tetap mendapatkan akumulasi produksi satu siklus ekonomi sesuai yang direncanakan. Meskipun demikian, adopsi klon QS belum disertai dengan paket teknologi eksploitasi yang spesifik untuk klon QS. Dalam hal ini, sistem eksploitasi memegang peranan penting karena berkenaan dengan tata cara pengambilan produksi yang ada pada tanaman. Sistem eksploitasi yang baik selain dapat mengoptimalkan potensi tanaman juga dapat menjaga kondisi fisiologis tanaman sehingga produktivitas yang tinggi dapat diperoleh secara berkelanjutan.

Penggunaan klon quick starter lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan klon slow starter. Walaupun demikian, klon quick starter sangat rentan terhadap kejadian kering alur sadap (KAS) bila diberi tekanan eksploitasi yang agak berat terutama pada panel bawah. Ditambah lagi, kulit pulihan kurang/tidak potensial karena umumnya tipis dan benjol-benjol. Kondisi tersebut menyulitkan penggalian produksi karena terbatasnya panel yang tersedia.

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Hubungi kami

Silahkan hubungi kami melalui e-mail: perkebunanku@gmail.com
 

Galeri Foto

foto perkebunan, koleksi foto

Sahabat Blogger

Pesan Pembaca