Kecenderungan saat ini, para pelaku agribisnis karet lebih suka mengadopsi klon Quick Starter dengan pertimbangan puncak produksi dapat dicapai lebih cepat dan produktivitas per tahun tinggi. Terbukti, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) di beberapa perkebunan didominasi oleh klon QS, sedangkan di beberapa perkebunan lainnya introduksi gencar dilakukan meskipun dalam luasan yang masih terbatas. Perkembangan tersebut adalah wajar mengingat agribisnis karet selalu dituntut mendapatkan produktivitas yang tinggi walaupun dengan kondisi harga pasar yang fluktuatif. Meskipun demikian, adopsi klon QS belum disertai dengan paket teknologi eksploitasi yang spesifik untuk klon QS. Dalam hal ini, sistem eksploitasi memegang peranan penting karena berkenaan dengan tata cara pengambilan produksi yang ada pada tanaman. Sistem eksploitasi yang baik selain dapat mengoptimal potensi tanaman juga dapat menjaga kondisi fisiologis tanaman sehingga produktivitas yang tinggi dapat diperoleh secara berkelanjutan.
Saat ini telah diterapkan sistem eksploitasi yang mengacu pada tipologi klonal, namun di lapangan beberapa kendala dalam penyadapan klon QS sering dijumpai antara lain kering alur sadap (KAS) pada panel bawah (B0) sehingga panel B0 sering tidak tuntas disadap dan konsumsi kulit yang tinggi menyebabkan umur ekonomis tanaman lebih pendek. Di samping itu, klon QS umumnya memiliki morfologi batang yang tidak terlalu tegap dan percabangan cemara yang menjulang sehingga sangat rentan tumbang/patah akibat serangan angin. Di beberapa kebun yang berada pada jalur lintasan angin, sering terjadi penurunan populasi yang signifikan pada tanaman masih produktif.
Kendala tersebut harus segera dipecahkan mengingat luasan areal klon QS terus meningkat. Pendekatan yang dilakukan didasari pemahaman karakter fisiologis tanaman dan hasil penelitian-penelitian terdahulu. Klon QS lebih responsif terhadap irisan pendek ke arah atas dengan intensitas pemberian stimulan yang relatif rendah. Penelitian irisan ke arah atas sebenarnya telah lama dilakukan dan hasilnya menunjukkan peningkatan produktivitas yang cukup signifikan dan dapat menekan terjadinya KAS serta tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman. Walaupun demikian, sistem sadap satu irisan (single cut) ke arah atas pada masa itu tidak terlalu populer karena tanaman masih didominasi klon SS, berbeda dengan saat ini di mana klon QS sudah lebih mendominasi.
0 komentar:
Post a Comment