Saturday, April 14, 2012

Cara dan Metode Aplikasi Stimulan Pada Tanaman Karet

Stimulan pada tanaman karet pada awalnya ditujukan untuk mengurangi biaya tenaga kerja. Dengan menggunakan stimulan interval penyadapan dapat diturunkan dari d/2 (dua hari sekali) menjdi d/3 (tiga hari sekali) sehingga kebutuhan penyadap juga akan berkurang sedangkan produksi yang diperoleh relatif sama. Namun saat ini aplikasi stimulan sudah menjadi baku teknis di perkebunan karet (terutama perkebunan besar/perusahaan). Stimulan yang banyak digunakan adalah yang berbahan aktif etefon (2-chloroethyl phosponic acid), selain itu masih ada jenis stimulan lain yang berbahan aktif polyethylenglicol dan stimulan gas etilen.

Pada artikel kali ini kita akan membahas metode aplikasi stimulan cair (etefon atau polyethilenglicol) sedangkan aplikasi stimulan gas memiliki metode tersendiri. Perlu dipahami bahwa efektifitas aplikasi stimulan cair sangat dipengaruhi tingkat penyerapan bahan aktif stimulan oleh tanaman di samping kualitas produk stimulan itu sendiri. Metode aplikasi stimulan cair yang umum digunakan antara lain:

Metode Groove Application (Ga)
Aplikasi stimulan dengan metode ini yaitu dengan menarik gerah yang ada di panel sadap (scrap) kemudian mengoleskan stimulan pada alur sadapnya dengan merata. Alat yang digunakan biasanya kuas kecil atau sikat gigi bekas. Metode ini adalah yang paling umum digunakan pada penyadapan ke arah bawah (Downward tapping) dengan pelarut air.

Metode Panel Aplication (Pa)
Yaitu dengan menarik scrap yang ada di alur sadap selanjutnya stimulan dioleskan di alur sadap dan di dinding bekas sadapan. Metode ini sangat efektif diterapkan karena bidang serapan lebih luas, namun harus berhati-hati karena dosis yang diberikan sangat rentan berlebihan sehingga menyebabkan tanaman stres



Metode Lace Application (La)
Metode ini juga untuk irisan ke arah bawah yaitu dengan mengoleskan stimulan pada alur sadap tanpa menarik scrapnya. Metode ini memiliki tingkat efektifitas yang lebih rendah dibanding dua metode di atas karena stimulan terhalang scrap sehingga penyerapan tanaman kurang maksimal. Keunggulan metode ini adalah lebih mudah dilaksanakan dan relatif lebih aman bagi tanaman.

Metode Bark Application (Ba)
Umumnya digunakan untuk irisan ke arah atas (Upward tapping). Stimulan dioleskan di kulit yang akan disadap (bukan di alur sadap), namun sebelum dioleskan kulit pasir harus di kerok tipis (selebar 1-1,5 cm) sehingga penyerapan lebih optimal. Stimulan yang digunakan dapat dilarutka dengan minyak sawit (CPO : Crude Palm Oil) agar efektivitasnya maksimal.

Wednesday, April 11, 2012

Mengenal Sistem Manajemen ISO (International Organization for Standardization)

Seperti halnya pelaku ekonomi lainnya, sektor agribisnis perkebunan saat dituntut memiliki standar baku untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan teknis di lapangan, pabrik pengolahan maupun kualitas produk turunannya. Standar manajemen yang banyak dijadikan acuan adalah ISO (International Organization for Standardization). Hampir seluruh perusahaan besar baik BUMN, swasta nasional maupun perusahaan asing merujuk acuan sistem manajemen kepada ISO. Bahkan biasanya di perusahaan-perusahaan tersebut dibuat satuan kerja yang khusus mengevaluasi pelaksanaan sistem manajemen ISO terkait.


Dengan sertifikasi ISO berarti perusahaan bersangkutan telah memenuhi prosedur kerja dan kualitas produk standar internasional. Perusahaan yang sudah memenuhi standar ISO akan diakui kreibilitasnya dan lebih mudah memasarkan produknya. Sayangnya banyak orang yang bekerja di dunia perkebunan namun belum memahami apa itu ISO (termasuk saya) kecuali orang-orang yang bersinggungan dengan pekerjaan mengenai quality control di perusahaannya. Oleh sebab itu, saya mencari beberapa literatur dan meringkasnya. Artikel ISO dibuat untuk menambah pengetahuan saya dan saya share kepada pembaca mudah-mudahan juga dapat membawa manfaat.   
 
fhoto from rni.go.id
Organisasi Standardisasi Internasional atau dalam bahasa resminya International Organization for Standardization disingkat ISO adalah lembaga non pemerintah yang membuat standar internasional yang anggotanya berasal dari wakil badan standardisasi nasional setiap negara. Lembaga ini didirikan pada tanggal 23 Februari 1947, pada awalnya ditujukan untuk menyusun dan mensosialisasikan standardisasi internasional untuk kategori apa saja. Dalam penetapan suatu standar biasanya mereka mengundang wakil 130 negara anggota yang terbagi dalam Komite Teknis (Technical Committee), Sub Komite (Sub Committee) dan Kelompok Kerja (Working Group).

Adapun beberapa standar sistem manajeman ISO yang familiar diterapkan di Indonesia antara lain:
1.    ISO 9001 tentang manajemen mutu.
2.    ISO 14001 tentang manajemen pengelolaan lingkungan.
3.    Ohsas 18001 tentang kesehatan dan keselamatan Kerja.
4.    ISO 22000 tentang manajemen keamanan pangan.
5.    ISO/TS 16949 tentang manajemen penyediaan material untuk industri
6.    ISO 17025 tentang kegiatan laboratorium.
7.    ISO 13485 tentang industri peralatan medis.
8.    ISO 28000 tentang kemanan rantai pasokan industri.

Monday, April 9, 2012

Keluh kesah Penyadap Karet (Mulai Kerja pada Pagi Buta)

Setiap pekerjaan memiliki resiko sendiri-sendiri, setiap profesi memiliki tingkat kesulitan masing-masing. Kita mungkin sering melihat orang menyadap tanaman karet, kelihatannya mudah hanya mengiris bagian kulit kemudian membiarkan getah (lateks) mengalir dengan sendirinya ke dalam mangkuk dan penyadap berpindah ke pohon berikutnya. Namun jika kita lebih memahami ternyata menjadi penyadap juga tidak mudah. Dari beberapa kali berdiskusi dengan penyadap di beberapa perusahaan seringkali tercetus keluh kesah para penyadap.

Di semua perkebunan karet, penyadapan harus dilakukan pada pagi hari. Tidak ada perusahaan yang mengijinkan atau membiarkan menyadap siang hari. Menyadap pagi hari disebabkan masih tingginya tekanan turgor pembuluh lateks sehingga lateks menetes lebih deras, ditambah lagi lama lateks mengalir juga lebih lama. Perusahaan biasanya mewajibkan penyadap mulai menyadap ketika masih remang-remang pada pagi hari. Artinya sebelum remang-remang sudah harus berangkat dari rumah, biasanya sebelum adzan subuh penyadap sudah bersiap-siap dan setelah sholat subuh langsung meluncur ke ancak sadapnya. Bisa dibayangkan mungkin masih banyak orang yang masih tidur pulas di jam-jam seperti itu. Semakin jauh dari ancak sadapnya berarti berangkat harus lebih pagi. Walaupun berangkatnya sama-sama pagi buta, pekerja kantoran di kota-kota besar punya alasan yang berbeda karena mereka menghindari macet atau untuk angkutan lebih cepat sehingga tidak terlambat sampai di kantor sedangkan jam kantor tetap pukul 07:30 atau 08:00 sedangkan penyadap harus berangkat pagi buta karena memang mereka diwajibkan mulai bekerja lebih pagi.

Bahkan di beberapa perusahaan diwajibkan menyadap dini hari yang masih gelap gulita dengan alat bantu senter di kepala seperti pekerja tambang. Para penyadap hampir dipastikan tidak pernah sarapan di rumah, biasanya mereka membawa bekal dan dimakan di ancak sadapnya. Jika ditanya apakah mereka suka dengan kondisi ini, sebenarnya penyadap lebih suka jika waktu mulai menyadap agak lebih longgar ketika sudah mulai terang (ketika orang sudah dapat melihat permukaan tanah). Sepertinya mereka sedikit keberatan jika penyadapan dilakukan saat masih gelap gulita. Alasan mereka, jika menyadap dari pagi buta dan produksi meningkat tidak otomatis meningkatkan pendapatan mereka karena tarif premi yang masih kurang memuaskan, Artinya tambahan pendapatan yang diperoleh belum sebanding dengan pengorbanan mereka berangkat pagi buta.

Semakin pagi mulai menyadap (dari dini hari) tidak jaminan bisa pulang lebih cepat. Perusahaan sudah mematok jam pungut (mengutip hasil lateks) pada jam tertentu (biasanya 6 - 7 jam setelah penyadapan) artinya walaupun penyadapan lebih cepat selesai, penyadap harus menunggu sampai jam yang ditentukan untuk bisa mengutip getah dan mengantarkan di tempat penampungan hasil (TPH) atau stasiun lateks (STL). Pada perusahaan yang sudah mapan biasanya ketika jam pengumpulan hasil juru catat (kerani timbang lateks) sudah stand by dan TPH sudah dilengkapi tangki penampung lateks sehingga ketika penyadap tiba langsung ditimbang dan dimasukkan tangki sambil menunggu truk datang. Tapi tidak semua kebun sudah teratur seperti itu, kadang-kadang penyadap masih harus menunggu 2-3 jam karena truk belum datang atau ada kendala di jalan.

SZTRHSBEPH8C

Saturday, April 7, 2012

Upaya Mencegah Pencurian Dan Okupasi Lahan Perkebunan Oleh Masyarakat Sekitar

Sektor perkebunan sebagaimana sektor usaha lainnya berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja dan menjadi lokomotif kegiatan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Tidak jarang suatu daerah terpencil yang sebelumnya terisolasi dapat berkembang dengan pesat dengan adanya investor yang membuka perusahaan perkebunan di wilayah itu. Hal tersebut berkaitan dengan mobilisasi tenaga kerja dan pembangunan infrastruktur pendukung seperti akses jalan dan bangunan publik (sekolah, posyandu, pasar, dll.) demi berjalannya perusahaan perkebunan tersebut dengan optimal. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kemudahan mobilisasi mengundang masyarakat untuk bermukim di sekitar areal perkebunan. Adanya pemukiman di sekitar kebun memberikan pengaruh positif terhadap kebun itu sendiri antara lain untuk memudahkan mencari tenaga kerja dan aktivitas sosial lainnya seperti perdagangan barang kebutuhan sehari-hari untuk pekerja di kebun tersebut.

Namun seringkali adanya pemukiman penduduk di sekitar kebun menyulitkan pengawasan keamanan. Adalah hal yang umum dijumpai penduduk sekitar (tidak semua penduduk, hanya segelintir orang) seringkali menjadikan hasil kebun (misalnya TBS sawit, lum karet, atau buah kakao) sebagai sasaran pencurian ketika masalah ekonomi semakin mendesak. Dapat dibayangkan jika kebun yang dicuri adalah kebun milik petani (bukan perusahaan) yang luasnya hanya beberapa hektar, maka hilangnya produksi akibat dicuri akan sangat merugikan pemilik kebun. Masalah lainnya dengan makin tingginya aktivitas ekonomi di sekitar kebun biasanya akan muncul warung-warung di lokasi-lokasi yang strategis. Awalnya warung ini hanya menyediakan kebutuhan pekerja seperti warung kopi, atau makanan untuk pekerja kebun dan bangunannya sederhana dan tidak permanen. Namun patut diwaspadai karena pengalaman dari beberapa kebun, warung-warung ini kemudian berkembang lebih banyak dan bangunannya pun mulai semi permanen sampai permanen. Selanjutnya dapat diduga biasanya mereka akan mengklaim tanah yang ditempati adalah miliki mereka. Jika sudah begini urusannya akan sangat sulit dan pelik.

Upaya pengamanan mutlak diperlukan. Umumnya semua perkebunan melengkapi dengan satuan pengamanan baik yang statis di pos-pos jaga tertentu maupun yang berpatroli keliling kebun. Di samping itu biasanya pihak kebun juga meminta dukungan dari aparat keamanan baik Polri atau TNI. Upaya-upaya yang sering ditempuh untuk mengamankan areal perkebunan dari pencurian atau okupasi lahan antara lain dengan memasang portal di jalur masuk yang strategis, membuat parit besar, bahkan dengan membuat pembatas berupa tembok atau pagar kawat di sepanjang lokasi yang dianggap rawan.

Pemasangan portal adalah salah satu upaya yang efektif, keberhasilan cara ini ditentukan dari desain jaringan jalan yang ada di perkebunan. Pada titik-titik yang dianggap rawan dapat ditempatkan portal untuk mencegah masuknya kendaraan atau orang yang tidak diketahui. Cara ini juga berguna pada kebun milik pribadi yang pemiliknya jauh dari lokasi kebun, pemasangan portal yang dikombinasikan dengan pembuatan parit pembatas dapat menjadi pilihan. Untuk kebun milik pribadi yang tidak terlalu luas, jaringan jalan dapat didesain sehingga hanya ada satu jalan masuk dan jalan keluar yang telah dipasang portal. Cara ini sangat efektif untuk perkebunan sawit karena pencuri akan kesulitan mengangkut hasil jarahannya.

Pembuatan parit pembatas areal kebun juga dapat diterapkan. Parit batas kebun umumnya berukuran lebih besar dibanding parit batas blok atau parit produksi. Karena dibuat memang untuk menyulitkan orang menyeberang ke areal kebun, maka lebarnya minimal 2,5 meter dengan kedalaman minimal 2,5 meter sehingga orang sulit melompatinya. Perlu dipertimbangkan bahwa pembuatan parit ini juga berbahaya di daerah yang ramai penduduk karena jika parit tergenang air, anak-anak yang bermain di sekitarnya juga rawan tercebur. Pihak kebun dapat disalahkan karena membuat parit yang membahayakan warga sekitar. Pembuatan parit ini cocok untuk areal yang lokasi jauh atau sulit diawasi dan tidak berdekatan dengan pemukiman.

Untuk areal yang berbatasan dengan pemukiman penduduk, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat parit (tapi tidak terlalu besar jadi tidak membahayakan) dan memasang pagar pembatas kebun baik berupa tembok atau pagar kawat. Untuk membuat pagar pembatas ini memerlukan biaya yang besar, oleh sebab itu dapat diprioritaskan daerah yang rawan (misalnya di areal yang berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk), untuk areal yang sudah tidak ramai penduduk dapat diteruskan dengan parit batas kebun.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Hubungi kami

Silahkan hubungi kami melalui e-mail: perkebunanku@gmail.com
 

Galeri Foto

foto perkebunan, koleksi foto

Sahabat Blogger

Pesan Pembaca