Sebagaimana layaknya mahluk hidup, tanaman membutuhkan perawatan yang memadai untuk dapat mencapai produktivitas yang diinginkan. Nutrisi atau unsur hara (baca : pupuk) adalah salah satu kebutuhan tanaman yang tidak dapat ditawar-tawar penggunaannya. Sementara itu, pupuk adalah salah satu input produksi yang tergolong besar biayanya, dan seringkali bermasalah dalam pengadaannya karena faktor harga dan kelangkaan di pasar. Dengan demikian pemilihan jenis pupuk yang jitu (memenuhi aspek efisien dan efektif) menjadi sangat penting dalam menyumbang keberhasilan usaha perkebunan. Secara alamiah, bumi dan atmosfer di atasnya adalah sumber hara yang tidak terbatas bagi kehidupan tanaman.
Namun seringkali ketersediaannya tidak selalu selaras dengan kebutuhan tanaman, sehingga campur tangan manusia melalui biosphere management (pengaturan komoditas, klon, masa tanam, lokasi kebun, irigasi, pemupukan, perawatan, dlsb) menjadi sangat vital. Secara umum, tanaman membutuhkan 16-19 unsur hara, baik yang esensial maupun non esensial, namun hanya 3-4 macam saja yang biasa diberikan dalam bentuk pupuk (misal : N, P, K, Mg), sisanya diserahkan penuh kepada alam untuk menyediakannya. Bahkan pada kasus tertentu, tanaman tidak dipupuk karena alasan ekonomi semata. Tidak dipungkiri bahwa dalam jangka pendek, suplai hara yang tidak seimbang tersebut (tanpa pupuk, atau pupuk tidak lengkap) masih menunjukkan produktiivitas yang “normal”. Namun sebenarnya telah terjadi “kelaparan terselubung”, yang untuk sementara berhasil diatasi tanaman melalui “tambal sulam” penggunaan hara dalam jaringan (misal : pergerakan / mobilitas kalium dari daun tua ke daun muda).
Dalam jangka panjang, pemupukan yang kurang memadai, akan direspon tanaman dalam bentuk pelambatan reaksi-reaksi fisiologis, yang sangat mungkin ditunjukkan dengan fenomena : lambat tumbuh, lambat pulih, daun pucat dan kusam, batang kecil dan pendek, peka penyakit, dan produktivitas menurun. Pemupukan untuk perkebunan karet berbasis analisis tanah, analisis daun, percobaan laboratorium, percobaan lapang, dan demoplot skala luas, yang dipadu dengan database riset nutrisi karet, serta pengalaman memadai dalam budidaya karet, adalah langkah pendekatan pemupukan yang paling ideal. Namun keberhasilan pemupukan tidak hanya dipengaruhi oleh jenis pupuk, tetapi dipengaruhi pula oleh beberapa factor lain yang perlu dikelola dengan baik. Pemupukan yang ideal, perlu mempertimbangkan factor-faktor : sifat tanah, tanaman, pupuk/hara, dan teknik aplikasi.
PUKALET adalah pupuk lengkap (N, P, K, Mg, Ca, S, Cu, Zn, Fe, B) untuk tanaman karet, hasil formulasi Pusat Penelitian Karet, yang diproduksi dan dipasarkan oleh PT. saraswanti Anugerah Makmur. Dalam periode 1999-2002, PUKALET mengalami serangkaian percobaan laboratorium dan percobaan lapang, yang hasilnya telah dilaporkan dan dipublikasikan oleh Balit Sungei Putih, dengan hasil uji efektifitas yang memuaskan, yaitu pada formulasi tertentu mampu meningkatkan lilit batang TBM 20-40% dibanding control (campuran pupuk tunggal), dan mampu meningkatkan 19-20% produksi. Sementara itu biaya pemupukannya relatif lebih murah.
Pola penyaluran PUKALET sampai ke tingkat pengguna dilakukan secara spesifik, yang melibatkan pengawasan dan evaluasi tenaga ahli (pemilik formulator), sehingga diharapkan memenuhi pula syarat pemupukan yang ideal. Pada saat ini penggunaan PUKALET di Indonesia telah mencapai lebih dari 90.000 ha, yang menyebar di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumbar, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, dan Kalimantan, yaitu di PT. Perkebunan Nusantara (PTPN), perkebunan swasta nasional (PBS), dan perkebunan rakyat.
0 komentar:
Post a Comment