Monday, January 3, 2011

MANFAAT UNSUR MAKRO PADA PUPUK BAGI TANAMAN

Sebagian besar areal perkebunan di Indonesia hanya dipupuk dengan tiga unsur utama, yaitu N, P, dan K dengan asumsi bahwa ketiga unsur tersebut adalah yang paling jelas dan tegas responnya dan dibutuhkan dalam jumlah banyak. Sebagian dipupuk pula dengan Mg setelah disadari bahwa ternyata status Mg tanah di hampir seluruh perkebunan Sumatera dan Kalimantan sangat kritis, dan perannya sangat penting dalam mendukung pertumbuhan / produksi.  Pemupukan dengan Ca dan S masih sangat jarang dilaksanakan. Padahal kedua unsure tersebut juga essensial dan dibutuhkan dalam jumlah banyak, serta jumlahnya di dalam tanah tidak selalu cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman secara maksimal.

Nitrogen (N).  Unsur N biasanya disuplai dari Urea.  Begitu urea diberikan ke dalam tanah, maka dengan cepat akan terhidrolisis menjadi NH4+ dan dengan cepat pula akan teroksidasi menjadi NO2- dan NO3-. Jumlah NO3 di dalam tanah hampir selalu lebih banyak daripada NH4 karena laju oksidasinya juga selalu lebih cepat daripada laju hidrolisis urea. Oksidasi NH4 menjadi NO2 dan NO3 tidak melulu karena paparan oksigen, tetapi juga karena aktivitas biologi mikrob nitrifikasi. Tanaman menyerap N dalam bentuk NO3 dan NH4 dengan proses yang berbeda. NO3 diserap melalui proses aliran massa (mass flow), sementara itu NH4 diserap melalui dua mekanisme, yaitu proses osilasi dan aliran massa.  Hal tersebut menjadi salah satu pendorong, mengapa NO3 lebih banyak diserap tanaman daripada NH4, namun menyebabkan pula resiko kehilangan hara N yang sangat besar. Kehilangan N tanah dalam pemupukan N dapat mencapai 40 % dalam bentuk volatilisasi (penguapan NH3) dan leaching yang sangat intensif dari NO3-. Secara teoritis, laju kehilangan hara N dapat diatasi dengan beberapa cara, yaitu : (a) mencegah penguapan dengan cara pembenaman segera (pocket), (b) mengendalikan laju hidrolisis pupuk  menjadi NH4+, (c) mengendalikan laju oksidasi NH4 menjadi NO2 dan NO3. 

Phosphorus (P).  Unsur P biasanya disuplai dari pupuk TSP, SSP, RP, dll.  Unsur ini tidak mudah larut dan tidak mobil di dalam tanah, padahal tanaman menyerap P dalam bentuk ortofosfat (H2PO3, HPO3), sehingga pupuk harus/mutlak larut terlebih dahulu. Unsur P sangat sedikit tersedia bagi tanaman karena efek fiksasi oleh tapak positif koloid tanah maupun oleh unsur bermuatan positif kuat (seperti kation polivalen : Al3+, Fe3+, Mn2+ dan Mn3+), yang sangat banyak terdapat di tanah-tanah masam Sumatera dan Kalimantan. Kehilangan P tanah sangat kecil, tetapi hanya sedikit pula yang dapat diserap oleh akar tanaman. Ortofosfat, hampir sebagian besar diserap akar melalui proses osilasi, dengan demikian penyerapan ortofosfat berlangsung dalam momen yang singkat manakala ortofosfat masih bebas dalam larutan tanah. Hampir semua penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pupuk P sangat rendah, hanya berkisar 10-30%. Agar pupuk P secara maksimal dapat diserap tanaman, maka dapat dilakukan dengan cara pengendalian kontak unsur P dengan tapak positif tanah (misal : aplikasi setempat / tidak ditabur, memperbesar ukuran butir pupuk, dan aplikasi bersamaan dengan unsure lain).

Potashium (K). Unsur K biasanya disuplai dari pupuk KCL. Unsur ini mudah larut juga sangat mobil dalam larutan tanah dalam bentuk K+, sehingga banyak hilang karena leaching yang sangat intensif, dan laju kehilangannya dapat mencapai 30 %. Unsur K+ diserap tanaman melalui proses aliran massa sehingga memiliki resiko kehilangan yang sangat besar dallam waktu yang singkat. Pengendalian kehilangan K dapat dilakukan dengan cara menjaga suplai source – sink, di antaranya dengan memperkecil kontak pupuk - larutan tanah (memperbesar ukuran pupuk : nisbah luas permukaan terhadap bobot menjadi rendah), atau aplikasi secara berkala.

Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).  Kedua unsure tersebut memiliki karakter yang mirip di dalam tanah (ukuran atom, muatan, dan sifat mobilitas), namun memiliki fungsi fisiologi yang berbeda di dalam tanaman.  Biasanya kedua unsure disuplai dari dolomit, kiserit, atau kapur bermagnesium. Kedua unsure diserap tanaman dalam jumlah besar, dalam bentuk Ca2+ dan Mg 2+ melalui proses osilasi.  Pada tanah berbahan induk batuan tua (Kalimantan dan sebagian Sumatera), biasanya terjadi defisiensi Ca dan Mg. Defisiensi Mg akan cepat direspon tanaman dengan gejala warna daun, karena disamping menjalankan fungsi reaksi biokimia, maka Mg juga menjadi penyusun khlorofil daun. Sementara itu kekurangan Ca tidak jelas dalam struktur warna daun / jaringan karena Ca lebih banyak digunakan sebagai penyusun dinding lamella tengah sel.

Belerang (S). Salah satu unsure makro yang jarang diberikan adalah belerang, karena dianggap suplainya cukup, yakni melalui presipitasi atmosfer (hujan, dll) dan unsur ikutan dalam pupuk. Padahal peran unsure ini sangat vital, disamping sebagai unsure hara makro essensial sebagai penyusun asam amino, belerang juga sangat mempengaruhi serapan unsur lain dalam interaksinya dengan hara lain di dalam tanah. 

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Hubungi kami

Silahkan hubungi kami melalui e-mail: perkebunanku@gmail.com
 

Galeri Foto

foto perkebunan, koleksi foto

Sahabat Blogger

Pesan Pembaca