Thursday, July 1, 2010

POTENSI TEBU SEBAGAI PENGASIL ETHANOL

Pada saat ini luas area tebu di seluruh Indonesia hampir 400 ribu ha, dengan produksi 2,3 juta ton. Tambahan area 600 ribu ha seperti yang diajukan SGC akan meningkatkan produksi gula menjadi 5,8 juta ton. Gula sebanyak itu lebih dari cukup guna memenuhi kebutuhan domestik hingga 5 tahun ke depan. Dari tambahan area seluas 600 ribu ha juga diperoleh tetes (molasse) sebagai hasil samping tebu sedikitnya 1,7 juta ton, atau cukup untuk menghasilkan 500 juta liter etanol per tahun. Bila etanol yang dihasilkan ini kemudian dicampur dengan premium menghasilkan gasohol E-10 (etanol 10%), maka itu hanya cukup untuk 5 milyar liter saja. Sementara konsumsi premium saat ini sudah mencapai 17,5 milyar liter. Ke depan konsumsi premium akan terus menggelembung. Pada 2010 diperkirakan kebutuhan premium akan lebih dari 38 milyar liter.

Upaya penggunaan etanol sebagai alternatif BBM perlu didukung. Paling tidak, hal itu dilatarbelakangi oleh 2 hal. Pertama, adanya alasan ekonomi yang kuat berkaitan dengan berkurangnya cadangan minyak, fluktuasi harga dan ketidak stabilan politik di kawasan Timur Tengah sehingga mengganggu suplai BBM di beberapa negara importir termasuk Indonesia.

Cadangan minyak di perut bumi Nusantara terus menyusut dan diperkirakan hanya cukup untuk 24 tahun ke depan. Impor BBM kita setiap tahun terus bertambah. Dalam kurun dua dekade ke depan, kebutuhan BBM akan tergantung sepenuhnya dari impor. Akibat suhu politik yang memanas di Timur Tengah pada 2005 lalu harga minyak melonjak hingga USD 70 per barrel. BBM sempat menghilang di pasar dan konsumen harus antri panjang guna mengisi tangki bahan bakar kendaraan dan kompor mereka. Situasi ini akan sangat tidak kondusif terutama bagi masyarakat dan kalangan industri. Kedua, adanya alasan lingkungan untuk menurunkan polusi. Sejak revolusi Industri, kadar CO2 atmosfer bumi bertambah 25%. Separuh dari penambahan tersebut terjadi dalam kurun 30 tahun terakhir. Sektor transportasi menyumbangkan sekitar 80% dari emisi CO2 tersebut. Pembakaran BBM menghasilkan gas Etanol dari Tebu.

Pemerintah Indonesia, meskipun agak telat, juga melakukan antisipasi atas situasi diatas. Salah satu wujudnya, yaitu terbitnya Instruksi Presiden No. 1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar. Melaui Inpres itu, Presiden menginstruksikan 13 Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota untuk mengambil langkah-langkah percepatan dan pemanfaatan biofuel. Sejauh ini untuk susbtitusi premium, etanol merupakan bahan yang paling menjanjikan. Etanol yang diproduksi dari tumbuhan (disebut bioetanol) diperoleh dari fermentasi gula dan pati. Gula bisa berasal dari tebu, sorgum manis atau bit. Pati diperoleh dari jagung, gandum, singkong, umbi-umbian dan bahan tanaman berpati lain. Produksi etanol dari tanaman akan menurunkan emisi CO2, karena tanaman membutuhkan gas tersebut bagi pertumbuhannya. Untuk setiap 4 milyar galon etanol yang dihasilkan dari tanaman, akan ditangkap CO2 sebanyak 26 juta 3m.

Silahkan download tulisan mengenai bioetanol disini.

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Hubungi kami

Silahkan hubungi kami melalui e-mail: perkebunanku@gmail.com
 

Galeri Foto

foto perkebunan, koleksi foto

Sahabat Blogger

Pesan Pembaca