Tuesday, July 13, 2010

PENYEBAB DAN DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Kebakaran berskala besar menghasilkan asap telah menambah parah masalah di Indonesia dan negara-negara tetangga. Sebagi contoh, kebakaran besar yang terjadi saat kemarau panjang (El NiƱo) tahun 1992/1993, 1987, 1991, 1994, dan 1997/1998 menghabiskan areal yang cukup luas sekaligus mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Kebakaran Lahan dan Hutan 1997/1998 di Indonesia diperkirakan menghabiskan US$ 9 milliar dengan emisi carbon yang cukup tinggi dan sebagai salah satu poluter terbesar di dunia (Asia Development Bank, 1999; Barbara and Schweithelm, 2000).

Permasalahannya hingga saat ini adalah belum terjawabnya penyebab utama dari kebakaran ini secara rinci, tuntas dan terstruktur. Beberapa pihak berpendapat bahwa kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh kegiatan pertanian, perkebunan ataupun kehutanan berskala kecil oleh masyarakat local maupun dalam skala besar, seperti perkebunan dan HPH/HTI. LSM Lingkungan Hidup, mengklaim bahwa kebakaran besar merupakan resultante dari aktivitas konsesi hutan dan perkebunan (Jakarta Post, 3 Oktober 1994)

Pemerintah Indonesia, menekankan bahwa secara umum 85% dari 5 juta ha kebakaran 1994 disebabkan oleh aktivitas tebas-bakar masyarakat lokal (Jakarta Post, 7 Oktober 1994) hingga akhirnya mengeluarkan kebijakan yang melarang persiapan lahan menggunakan api. Pada sisi lain terbatasnya sarana dan prasarana mengakibatkan sulitnya pengawasan dan inventarisasi informasi kebakaran yang terjadi secara rinci. Sebagai contoh, Pusdalkarhut Department Kehutanan Pontianak (1998), secara umum, baru dapat mendokumentasikan kebakaran 1997 di Kalimantan Barat sekitar 52,000 ha berupa HPH, HTI dan Perkebunan Kelapa Sawit.

Penelitian yang dilakukan oleh Center for International Forestry Research (CIFOR), International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), LSM setempat (seperti Yayasan Dian Tama, Kalimantan Barat) dan United States Forest Service (USFS) untuk mengidentifikasi secara rinci mengenai penyebab dan dampak kebakaran vegetasi di Indonesia. Tujuannya adalah menjawab mengenai alasan (why), faktor alam atau ekologi (what), aktor yang mempunyai andil (who), dan lokasi (where) mengenai masalah kebakaran untuk menghasilkan saran implikasi kebijakan terbaik yang diharapkan dapat direalisasikan oleh seluruh stakeholder (pengguna lahan). Kebakaran bukanlah suatu inti pokok dari permasalahan, melainkan hanya merupakan gejala terhadap degradasi hutan dan lahan yang telah dan akan terjadi. Sebagai bahan pendekatan penelitian ini digunakan sebuah hipotesa bahwa kebakaran yang terjadi disebabkan oleh 3 faktor (Tomich et al., 1997), yaitu api yang digunakan sebagai:

1. Alat (tools), seperti aktivitas penggunaan atau persiapan lahan baik dalam skala kecil maupun besar.

2. Senjata (weapon), usaha perolehan atau konflik lahan

3. Kecelakaan (accident), tergantung pada karakteristik lahan atau suatu implikasi dari 2 faktor diatas.

Sehingga dapat dirumuskan hasil dini dari penelitian ini, antara lain:

1. Penyebab utama terjadinya kebakaran berasal dari api yang ditimbulkan dari kegiatan peladangan berpindah dan pembalakan lokal. Api merambat pada padang alang-alang yang sangat rentan terhadap api.

2. Program rehabilitasi alang-alang seperti pembangunan kebun kelapa sawit, hutan tanaman industri dan kebun karet dapat mengurangi masalah kebakaran dan asap dalam jangka panjang. Tetapi dalam jangka pendek, api masih digunakan dalam kegiatan persiapan lahan.


Implikasi Kebijakan

1. Rehabilitasi padang alang-alang menjadi lahan yang lebih tinggi nilai ekonominya dan berwawasan lingkungan perlu dianalisa lebih lanjut dalam rangka peningkatan kesejahteraan baik untuk masyarakat lokal maupun untuk industri berskala besar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan identifikasi teknik, sosial, ekonomi dan institusional dalam merehablitasi padang alang-alang.

2. Memberikan insentif dan mengusahakan tingginya partisipasi masyarakat lokal dalam usaha merehabilitasi padang alang-alang.

3. Meningkatkan produktivitas karet rakyat dengan memberikan bimbingan teknik melalui perbaikan sistem penyuluhan pertanian dan menyediakan bibit karet yang bermutu tinggi.

4. Memberikan prioiritas dalam pembangunan perkebunan baik berskala kecil maupun besar di padang alang-alang dengan memberikan insentif pada semua pengguna lahan.

5. Melakukan inisiatif penelitian dalam mengidentifikasi jenis-jenis kayu yang cocok untuk merehabilitasi padang alang-alang dan diintegrasikan dengan pembangunan masyarakat. Menyediakan sebuah perencanaan dan peraturan khusus dalam kegiatan penambangan emas oleh masyarakat lokal.

Silahkan download makalah lengkap yang ditulis oleh Yayat Ruchiat tentang kebakaran hutan - Penyebab dan Dampaknya di sini.

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Hubungi kami

Silahkan hubungi kami melalui e-mail: perkebunanku@gmail.com
 

Galeri Foto

foto perkebunan, koleksi foto

Sahabat Blogger

Pesan Pembaca