Tuesday, April 6, 2010

MANAJEMEN PENGENDALIAN PENYAKIT PADA TANAMAN KARET

Di Indonesia, perkebunan karet sering mengalami gangguan penyakit. Penyakit penting yang mengakibatkan kerugian berarti adalah penyakit akar putih (Rigidoporus microporus); penyakit akar merah (Ganoderma pseudoferreum); penyakit bidang sadap Mouldyrot (Ceratocystis fimbriata); penyakit bidang sadap kanker garis (Phytophthora palmivora); penyakit bidang sadap kekeringan alur sadap (penyakit fisiologis), penyakit batang/cabang jamur upas (Upasia salmonicolor); penyakit batang/cabang kanker bercak (P. palmivora); penyakit lapuk batang/cabang Fusarium (Fusarium sp.); penyakit gugur daun Corynespora (Corynespora cassiicola); penyakit gugur daun Colletotrichum (Colletotrichum gloeosporioides) dan penyakit gugur daun Oidium (Oidium heveae). Tiga dari sebelas jenis penyakit tersebut, yaitu penyakit jamur akar putih, penyakit kekeringan alur sadap dan penyakit gugur daun Corynespora merupakan penyakit yang paling merugikan setiap tahunnya karena mengakibatkan kehilangan produksi yang cukup besar.

Dimasa mendatang penyakit karet diperkirakan akan mengakibatkan kerugian ekonomi yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan terjadinya perubahan lingkungan, teknik, budidaya karet dan karakter patogen yang mengakibatkan timbulnya epidemi penyakit tertentu. Oleh karenanya pemahaman akan tipe epidemik penyakit, bioekologi patogen, lingkungan dan tanaman karet yang diusahakan sangat penting dalam rangka manajemen pengendalian penyakit di Perkebunan Karet. Beberapa penyakit utama tanaman karet diketahui dapat digolongkan kedalam dua tipe epidemik yaitu:
1. Tipe monosiklik, Xt = QRT
2. Tipe polisiklik, Xt = Xo ert.


Pada tipe monosiklik, Q, R, dan t terhadap Xt adalah setara. Sehingga pengurangan pada inokulum awal Q, atau prakiraan laju enfeksi r, akan menyebabkan penurunan intensitas penyakit dengan porsi yang sama pada waktu t selama periode epidemik. Pada model polisiklik, peranan Xo, r dan t terhadap Xt tidak setara dan nilai r mempunyai peranan yang sangat dominan. Oleh karena itu apabila r sangat tinggi, Xo harus diturunkan hingga tingkat serendah mungkin agar diperoleh penekanan epidemik yang nyata, sehingga epidemik tertunda.

Ekobiologi patogen yang sangat dipengaruhi berbagai faktor iklim/cuaca dan lingkungan lainnya, perilaku dan karakter spesifiknya perlu diketahui dengan baik agar memudahkan menetapkan faktor komponen pengendalian. Tanaman yang bersifat resisten horizontal/poligenik merupakan komponen PHT yang relatif murah, mudah dan lestari. Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas managemen pengendalian penyakit mendatang diharapkan diawali dengan strategi yang berbasis epidemiologis dan ekologi penyakit serta diimplementasikannya prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) baik secara tunggal maupun kombinasi dari berbagai komponen yang kompatibel. Petani, Kelompok Tani, Pekebun Kecil dan Besar yang aktif dan kompak dengan anggota yang analitik, kritis dan kreatif diharapkan menjadi pelaksana PHT yang tangguh sehingga terwujud lingkungan yang ramah dan berkesinambungan.


* Artikel adalah ringkasan dari makalah Soekirman Pawirosoemardjo, Balai Penelitian Getas, Pusat Penelitian Karet dengan Judul ”Manajemen Pengendalian Penyakit pada Tanaman Karet”. Makalah lengkap disajikan dalam Prosiding Lokakarya Nasional Budidaya Tanaman Karet 2006.







*****
Pengunjung yang terhormat,
Kritik dan saran dari Anda sangat kami harapkan untuk perbaikan blog ini sehingga dapat membawa manfaat bagi yang tertarik dengan dunia perkebunan. Kami mohon kesediaan Anda memberikan komentar di kolom yang tersedia.
Kami sangat berterima kasih atas kunjungan Anda ke blog ini.

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Hubungi kami

Silahkan hubungi kami melalui e-mail: perkebunanku@gmail.com
 

Galeri Foto

foto perkebunan, koleksi foto

Sahabat Blogger

Pesan Pembaca