Wednesday, March 24, 2010

PEMUTUSAN KONTRAK CPO, PETANI KELAPA SAWIT ANCAM BOIKOT PRODUK NESTLE DAN UNILEVER

Kisruh pemutusan kontrak produk sawit mentah (CPO) oleh Nestle dan Unilever terhadap salah satu produsen CPO Indonesia yaitu Sinar Mas berujung pada rencana pemboikotan produk-produk Nestle dan Unilever.
Pihak Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) memastikan akan melakukan aksi boikot atau tidak membeli produk-produk dua perusahaan asal Eropa tersebut. Apkasindo mengklaim saat ini saja setidaknya ada 10 juta petani kelapa sawit di Indonesia, belum termasuk para pengusaha yang tergabung dalam Gabungan pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) sehingga jumlahnya dipastikan akan sangat besar.
Aksi boikot tersebut merupakan wujud kekecewaan terhadap pemutusan kontrak CPO yang dikhawatirkan akan mempengaruhi harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani sehingga pendapatan petani kelapa sawit akan menurun. Di samping itu, kekhawatiran semakin besar jika pemutusan kontrak serupa juga diikuti oleh perusahaan-perusaan lain yang dapat mengancam sector kelapa sawit di Tanah Air. Aksi lanjutan tengah disiapkan Apkasindo dengan mendesak para produsen CPO untuk tidak menjual produknya ke perusahaan Eropa dan berupaya mencari pasar baru di luar Eropa. Apkasindo juga mendesak pemerintah untuk bertindak tegas terhadap kedua perusahaan tersebut.
Adapun pemutusan kontrak CPO oleh Nestle dan Unilever disebabkan oleh protes aktivis “Green Peace” yang menuding pihak Sinar Mas telah melakukan perusakan hutan. Sejumlah perusahaan Eropa sangat concern terhadap isu lingkungan, sebelumnya Unilever juga memutus kontrak dengan produsen CPO Duta Palma dengan alasan serupa.
Mengenai masalah ini diharapkan dapat diambil jalan tengah yang menguntungkan kedua belah pihak. Di satu sisi komoditi kelapa sawit merupakan salah satu sumber mata pencaharian bagi banyak petani di Indonesia, harga yang anjlok akan sangat memukul perekonomian petani. Oleh sebab itu, kestabilan harga di tingkat petani merupakan harga mutlak yang harus diperjuangkan. Di lain pihak, concern perusahaan Eropa terhadap isu lingkungan juga merupakan sesuatu yang baik karena perusakan hutan di Indonesia tergolong yang paling parah. Hal tersebut dapat menjadi catatan bagi perusahaan perkebunan di Indonesia bahwa isu lingkungan harus diperhatikan jika ingin bermain di level internasional dan bukan hanya mementingkan keuntungan ekonomi semata.
* berita disarikan dari Harian Analisa tanggal 22 Maret 2010

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Hubungi kami

Silahkan hubungi kami melalui e-mail: perkebunanku@gmail.com
 

Galeri Foto

foto perkebunan, koleksi foto

Sahabat Blogger

Pesan Pembaca