Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani, dan sumber devisa negara. Di Sumatera Barat, tanaman ini merupakan komoditas ekspor ketiga setelah kelapa sawit dan karet.
Pemerintah Pusat sudah mencanangkan Sumatera Barat sebagai sentra produksi kakao di Kawasan Indonesia Barat. Untuk itu, Pemerintah Sumatera Barat telah mentargetkan areal pertanaman kakao seluas 108.000 hektar pada tahun 2010. Keunggulan Sumatera Barat untuk pengembangan kakao didukung kesesuaian agroekosistem, tingginya minat masyarakat berbuddaya kakao, dan luasnya areal perkebunan kelapa sebagai tanaman pelindung permanen. Bagi tanaman kakao, pelindung merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan produktivitas yang optimal.
Penerapan teknologi budidaya tanaman kakao pada gawang perkebunan kelapa secara tepat dan intensif akan menghasilkan biji kering >2 ton/ha/tahun dan umur panen bisa mencapai >30 tahun. Informasi teknologi budidaya kakao di areal perkebunan kelapa terdiri dai komponen berikut:
I. Bahan Tanaman
Sebagai tanaman yang berumur panjang dan inang dari berbagai macam hama dan penyakit maka dianjurkan untuk menggunakan bahan tanaman unggul yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap hama-penyakit. Bahan tanaman kakao dapat diperbanyak secara generatif menggunakan bahan dari biji dan vegetatif menggunakan bahan batang atau cabang untuk mendapatkan entres (kayu okulasi). Teknologi perbanyakan bibit kakao bersifat massal yang sedang populer saat ini adalah perbanyakan klonal secara Somatik Embriogenesis (SE).
II. Persiapan lahan
Langkah awal persiapan lahan adalah pembersihan areal pertanaman dari tanaman tidak produktif dan gulma dapat dilakukan secara manual atau kimiawi. Hasil pembersihan ditumpuk dipinggir kebun dan kegiatan ini harus selesai paling cepat 2 bulan sebelum tanam. Membuat saluran drainase.
Populasi tanaman kelapa yang optimum adalah sebanyak 80-100 batang/ha (jarak tanam 10 x 10 m atau 12 x 10 m). Jika terlalu jarak tanaman kelapa telalu lebar maka perlu ditanaman pisang sebagai tanaman pelindung sementara. Sebaliknya, jika tanaman kelapa terlalu rapat maka dilakukan penjarangan atau pengurangan pelepah tua dengan jumlah pelepah kelapa minimum 18 buah.
Jarak tanam kakao adalah 4 x 2 m, 3 x 3 m atau 4 x 3 m dengan jarak tanaman kakao dengan pohon kelapa minimal 3 m. Usahakan larikan barisan tanaman kakao lurus kesemua arah. Pembuatan lobang tanaman dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Lubang dibuat 6 bulan sebelum tanam dan kedalam lobang diisi pupuk kandang sebanyak 5 – 10 kg/lobang. Tutuplah lobang tanam 3 bulan sebelum tanam untuk menjaga agar batu-batu dan sisa akar tanaman tidak masuk kedalam lobang.
III. Penanaman
Bibit kakao dipindahkan ke kebun bila penaungnya sudah berfungsi baik yang ditandai dengan cahaya yang diteruskan 30-50% dari penyinaran lansung. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Pada saat mengangkut dan menanam bibit, tanah dalam polibag tidak boleh pecah. Bagian dasar polibag dipotong selebar 1-2 cm dan dimasukkan kedalam lobang tanam yang digali seukuran volume tanah polibag. Selanjutya, lobang tanam diisi dengan tanah agar polibag berdiri tegak. Salah satu sisi polibag disayat dari bawah ke atas dan tanahnya dipadatkan dengan tangan. Polibag ditarik ke atas kemudian tanah dipadatkan dengan kaki. Usahakan bibit yang sudah diangkut harus selesai ditanam dalam satu hari. Bibit yang mati atau kerdil segera disulam sampai umur 1 tahun. Piringan tanaman muda harus bersih dari gulma dengan cara memberikan mulsa atau tanaman penutup tanah (cover crops).
IV. Pemeliharaan Tanaman:
1. Pemupukan
Pupuk tanaman yang diberikan berdasarkan analisis tanah dan tanaman dengan jenis dan takaran sebagai berikut:
• Bibit tanaman: 5 gr Urea+7 gr SP-36+4 gr KCL+4 gr Kiserit per batang
• Umur 0-1 thn: 25 gr Urea+33 gr SP-36+4 gr KCL+4 gr Kiserit per batang
• Umur 1-2 thn: 45 gr Urea+60 gr SP-36+35 gr KCL+40 gr Kiserit per batang
• Umur 2-3 thn: 90 gr Urea+120 gr SP-36+70 gr KCL+60 gr Kiserit per batang
• Umur 3-4 thn: 180 gr Urea+240 gr SP-36+135 gr KCL+75 gr Kiserit per batang
• Umur >4 thn: 220 gr Urea+240 gr SP-36+170 gr KCL+120 gr Kiserit per batang
Buatlah lubang (rorak) berukuran 100x30x30 cm (panjangxlebarxdalam) diantara barisan tanaman kakao dan kemudian masukkan daun hasil pangkasan tanaman penaung, daun kakao, kulit kakao, dan daun gulma lainnya sebagai pupuk organik dan sanitasi.
2. Pemangkasan
a. Pangkas bentuk
Pemangkasan dilakukan pada tanaman muda (tanaman belum menghasilkan/TBM) untuk membentuk kerangka tanaman yang kuat dan seimbang. Cabang primer dan jorget yang tumbuh kuat dan seimbang dipelihara 3-4, sedangkan cabang sekunder diatur agar tumbuh seimbang ke segala arah. Memotong cabang primer 4-6 buah dan menyisakan 3 atau 4 cabang yang tumbuh simetris dan seimbang. Membuang cabang-cabang sekunder yang tumbuh terlalu dekat (berjarak 40-60 cm) dengan jorket . Mengatur cabang-cabang sekunder agar tidak terlalu rapat satu sama lain. Memotong cabang-cabang yang tumbuh meninggi untuk membatasi tinggi tajuk tanaman kakao hanya sekitar 4 m.
b. Pangkas pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharan bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk baik; mengatur penyebaran daun produktif, merangsang pembentukan daun baru, bunga dan buah. Pemangkasan dilakukan dengan mengurangi sebagian daun yang rimbun pada tajuk tanaman dengan cara memotong ranting-ranting yang terlindung dan menaungi. Memotong cabang yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan diameternya kurang dari 2,5 cm. Mengurangi daun yang menggantung dan menghalangi aliran udara di dalam kebun, sehingga cabang kembali terangkat. Pemangkasan ini dilakukan secara ringan di sela-sela pemangkasan produksi dengan frekuensi 2-3 bulan. Juga dilakukan pemangkasan terhadap tunas air (wiwilan)
c. Pemangkasan produksi Pemangkasan produksi bertujuan untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah. Pemangkasan produksi dilakukan dua kali setahun, yaitu pada akhir musim kemarau dan awal musim hujan. Memotong cabang yang tumbuh meninggi lebih dari 3-4 m. Memangkas ranting dan daun hingga 25-50%. Setelah pemangkasan produksi dilakukan, tanaman akan bertunas intensif setelah daun tunasnya menua, dan tanaman akan segera berbunga. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan alat seperti gunting, arit bergalah dan gergaji yang tajam. Waktu pemangkasan tidak dibenarkan pada saat tanaman berbunga lebat atau ketika sebagian besar buah masih pentil (panjang <>
3. Pengelolaan Tanaman Penaung:
Intensitas tanaman penaung selalu dijaga pada tingkat 70-80% dari penyinaran lansung, dengan cara mengurangi populasi dan merempes cabang- cabangnya. Membatasi anakan tanaman pisang menjadi 2-3 batang perrumpun bila menggunakan tanaman sebagai pelindung. Pelepah kering dibuang dan dipupuk secara teratur. Tanaman pisang juga dibongkar setelah kakao berumur 3-4 tahun.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit:
a. Hama Pengisap Buah (Helopeltis sp)
Buah kakao yang terserang ditandai dengan adanya bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati. Hama ini juga menyerang pucuk dan ranting. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Menerapkan Sistem Peringatan Dini (SPD) melalui pengamatan rutin, memelihara musuh alami semut hitam, penggunaan insektisida biologi seperti Beauveria bassiana, dan penggunaan insektisida kimia Pada saat serangan <15%>15%
b. Hama Penggerek Buah Kakao, PBK {Conopomorpha cramerella Snell}.
Termasuk hama yang paling berbahaya. Buah kakao yang diserang mulai berukuran + 8 cm. Gejala buah terserang berwarna kuning tidak merata (belang-belang kuning), dan kalau digoyang tidak berbunyi seperti halnya buah masak normal. Kalau buah dibelah tampak biji-bijinya saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang, dan berukuran kecil atau tidak bernas (tidak berisi). Hama ini dikendalikan dengan menerapkan konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dengan beberapa komponen teknologi secara terintegrasi, yaitu 1) pemupukan, 2) pemangkasan, 3) panen sering (setiap minggu), 4) sanitasi (mengubur kulit buah yang terserang), 5) sarungisasi buah yang masih kecil (ukuran 8-10 cm) dengan kantong plastik. 6) penggunaan semut hitam atau rang-rang, 7) menggunakan daun perangkap (menutup buah baru dipanen dengan daun kakao masih hijau selama 2-3 hari dan pupa yang menempel di daun dibunuh), 8) penggunaan insektisida biologis (jamur Beuveria bassiana) dan insektisida nabati ( minyak serai wangi), 9) aplikasi insektisida kimia buatan kalau diperlukan, dan 10) pengamatan rutin dan berkala untuk mengetahu kondisi serangan hama sebagai pedoman dalam mengambil tindakan pengendalian.
Penyakit tanaman kakao utama adalah
(1) penyakit busuk buah disebabkan jamur Phythopthora palmivora,
(2) penyakit kanker batang disebabkan jamur Phytopthora palmivora,
(3) penyakit antraknose yang dapat menyerang buah, daun serta ranting dengan penyebab jamur Antraknose colletotrichum, dan
(4) penyakit VSD (vascular streak dieback) yang menyerang batang dan daun.
Sumber: BPTP Sumbar
0 komentar:
Post a Comment