Urutan teknik okulasi pada tanaman karet adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan jendela okulasi: Batang bawah dibersihkan dari kotoran/tanah dengan menggunakan kain bersih, batang bawah yang sudah bersih diiris vertikal 5-7 cm dari permukaan tanah, lebar 1/3 dari lilit batang, dibuat potongan melintang diatas irisan vertikal dan dibukakan sedikit ujungnya.
2. Pembuatan perisai mata okulasi: Mata tunas yang akan diokulasi diambil dari entres klon unggul. Klon unggul anjuran antara lain adalah PB 260, RRIC 100, PB 330, BPM 109,IRR39 dll. Mata tunas diambil dengan pembuatan perisai mata okulasi. Mata tunas yang diambil adalah mata yang berada di bekas ketiak daun (mata daun). Perisai mata okulasi dibuat dengan mengiris kayu entres, ukuran lebar 1 cm dan panjang 5-7 cm. Setelah diiris, pada bagian dalam kulit ada titik putih yang menonjol, berarti mata ikut terambil.
3. Penempelan perisai mata okulasi : Setelah perisai mata okulasi diambil, segera jendela okulasi dibuka dan perisai mata okulasi dimasukkan kedalam jendela. Jendela okulasi ditekan perlahan dan bagian ujung perisai yang dipegang dipotong dan dibuang. Diusahakan agar perisai mata okulasi tidak bergerak-gerak agar mata okulasi tidak rusak. Jendela okulasi kemudian ditutup dan siap untuk dibalut.
4. Pembalutan perisai mata okulasi: Bahan untuk pembalut adalah pita plastik transparan. Pembalutan dimulai dari bawah dan disimpulkan diatas. Balutan sedemikian rupa sehingga kuat dan terhindar dari masuk air hujan.
5. Pemeriksaan hasil okulasi: Buka perban dilakukan setelah 3 minggu pengokulasian. Jendela okulasi dibuka dengan cara memotong lidah jendela okulasi. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat cukilan pada perisai mata okulasi diluar matanya. Jika cukilan itu masih berwarna hijau dan bergetah, maka okulasi dinyatakan berhasil. Pemeriksaan hidup defenitif dilakukan satu minggu kemudian.
Pencabutan Bibit dan Seleksi Stum Okulasi Mata Tidur
Bibit yang telah berhasil okulasinya, kemudian dicabut, akar lateral dipotong sehingga panjangnya 5-10 cm, akar tunggang dipotong hingga panjangnya 35 cm dan batang diserong 5 – 10 cm di atas pertautan okulasi. Bibit seperti itu disebut bibit stum okulasi mata tidur (SOMT). Pencabutan bibit dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau dengan menggunakan alat dongkrak stum. Jika menggunakan cangkul, satu sampai dua minggu sebelum bibit dicabut, bibit dipotong miring pada ketinggian 5 – 7 cm di atas pertautan okulasi. Bekas potongan diolesi dengan TB 192 atau parafin. Pada jarak 10 cm di sisi pokok dibuat lobang pakai cangkul. Sisi lobang ke arah akar hampir menyentuh akar tunggang pada kedalaman 50-60 cm. Kemudian stum dengan akar terpotong dicabut. Dengan menggunakan cangkul dapat dicabut 100-125 pokok bibit per hari kerja.
Jika menggunakan alat dongkrak stum, 2 s/d 3 minggu sebelum bibit dicabut, bibit dipotong pada ketinggian 50-75 cm di atas pertautan okulasi. Bagian atas batang dijepit dengan alat dongkrak bibit. Kemudian bibit dicabut secara perlahan dengan cara mengungkit tangkai dongkrak bibit. Dengan menggunakan dongkrak stum dapat dicabut 600 pokok bibit per hari kerja. Setelah dicabut, akar lateral dirempel sehingga panjangnya 5-10 cm. Akar tunggang disisakan 35 cm. Bibit dipotong pada ketinggian 5-7 cm diatas pertautan okulasi dengan arah potongan miring kebelakang tempelan okulasi. Selanjutnya bekas potongan diolesi dengan TB 192 atau parafin.
Stum yang akar tunggangnya terserang jamur akar putih, mata okulasi rusak, akar bercabang banyak (menjari), akar bedenggol atau bengkok (muntir) tidak dipakai sebagai bahan tanam. Bila akarnya bercabang dua atau tiga maka satu atau dua akar yang terkecil dipotong dan lukanya diolesi dengan TB 192, sehingga dapat dipakai sebagai bahan tanam. Bibit stum okulasi mata tidur selanjutnya dapat dianjurkan sebagai bahan tanam setelah terlebih dahulu ditumbuhkan didalam polibeg sampai mencapai stadia satu atau dua payung daun.
0 komentar:
Post a Comment