Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan.
Tanaman memperoleh energi, dan sebenarnya semua bahan penyusunannya melalui Fotosintesis. Umumnya tumbuh-tumbuhan darat mempunyai organ-organ fotosintesis yang dianggap hanya berupa daun-daun yang terbuka terhadap udara, yang seringkali mempunyai kemampuan tinggi untuk mengeluarkan air dari mana juga harus diambil karbondioksida. Daun juga seringkali terbuka terhadap tingkat penyinaran tinggi, yang melalui peningkatan suhu daun meningkatkan laju potensial kekurangan air.
Kebanyakan air yang hilang sebagai uap dari suatu daun menguap ke permukaan dinding epidermis bagian dalam yang basah dan mesofil yang berdekatan dengan rongga-rongga di bawah stomata, dan hilang ke udara melalui pori stomata ( transpirasi stomata).
Air juga hilang melalui transpirasi kutikula, yang walaupun perimbangannya dapat diabaikan terhadap transpirasi total pada tanaman yang cukup air dengan stomata terbuka, mungkin penting pada tumbuhan yang mengalami cekaman dengan stomata tertutup, biarpun jumlah kehilangannya sedikit (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi evatransporasi
a. Radiasi matahari. Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.
b. Temperatur. Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan air, yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar.
c. Kelembaban relatif. Makin besar kandungan air di udara, makin tinggi Y udara, yang berarti tuntutan atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembapan relatif.
d. Angin. Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara (angin) menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat.
Kekurangan air terjadi dalam semua jaringan tanaman yang mengalami transpirasi. Dalam bagian ini akibat-akibat tersebut terhadap hasil pertanaman akan dibahas. Pengaruh kekurangan air terhadap hasil pertanaman terutama ditentukan oleh derajat dan waktu berlangsungnya kekurangan tersebut.
Respon tanaman terhadap kekurangan air tersebut relatif terhadap aktifitas metaboliknya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya dan potensial hasil panennya.
Dari banyak penyelidikan empiris disimpulkan bahwa kekurangan air pada tahap awal ontogeni reproduktif menyebabkan pengurangan terbesar dalam hasil. Pengaruh kekurangan air terhadap perkecambahan dan pengadaan semai seringkali terlupakan. Kekurangan air pada tahapan ini dapat sangat mengurangi keberhasilan pertanaman dan juga hasil pertanaman. Walaupun demikian kekurangan air tidak perlu mengakibatkan pengurangan hasil ekonomik. Beberapa jenis pohon (misalnya kopi) memperlihatkan suatu periode kekurangan air untuk mendorong pembuangan, dan hasil gula dari tanaman tebu meningkat oleh kekurangan air yang terjadi dekat sebelum pemasakan (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
File lengkap silahkan download di sini
0 komentar:
Post a Comment