Produsen dan pembeli minyak kelapa sawit mentah (CPO) bersiap menunjuk tim penilai independen. Tim akan membuktikan apakah produksi CPO PT. Smart Tbk. merusak hutan seperti yang ditudingkan oleh Greenpeace yang berujung pada penghentian kontrak pembelian CPO oleh dua perusahaan raksasa yakni Nestle dan Unilever. Tudingan Greenpeace dinilai masih harus dibuktikan di lapangan sehingga kedua belah pihak sepakat membentuk tim independen untuk mengkaji permasalahan tersebut. Penunjukkan tim independen tersebut mencuat setelah diadakan rapat antara Direktur Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian dengan sekitar 20 eksekutif perusahaan kelapa sawit di Jakarta pada 29 Maret 2010.
Unilever membeli 60.000 ton CPO per tahun sedangkan Nestle membeli 4.000 ton per tahun. Dari sisi volume pembelian memang tidak begitu signifikan namun dari citra buruk yang ditimbulkan dapat mengganggu citra perkelapasawitan Nasional. Saat ini Indonesia memiliki tidak kurang dari 7,9 juta hektar lahan pertanaman kelapa sawit baik miliki pemerintah, swasta maupun petani kecil. Dari luasan tersebut, produksi Nasional dapat mencapai 20,2 juta ton CPO per tahun.
Industri pengolahan minyak kelapa sawit sangat vital bagi perekonomian masyarakat karena jutaan kepala keluarga menggantungkan hidup dari komoditi tersebut dari industry hulu sampai hilir. Berdasarkan perkembangan harga di tingkat petani beberapa pekan belakangan harga TBS mulai mengalami penurunan walaupun tidak signifikan. Penurunan harga berkisar antara Rp. 40-50,-/kg. Penurunan tersebut diduga disebabkan produksi TBS sudah mengalami kenaikan seiring perubahan musim dari kemarau panjang ke musing penghujan di sentra-senta produksi kelapa sawit seperti Sumatera Utara dan Riau. Hujan yang mulai turun menyebabkan pemasakan buah kembali optimal.
0 komentar:
Post a Comment